Do’a tersebut adalah,
اللَّهُمَّ قِنِي شُحَّ نَفْسِي وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُفْلِحِينَ
“Allahumma qinii syuhha nafsii, waj’alnii minal muflihiin”
(Ya Allah, hilangkanlah dariku sifat pelit(lagi tamak), dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung).
Do’a ini diambil dari firman Allah Ta’ala dalam surat Ath Taghobun ayat 16,
وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”Kosakata
“الشح” berarti bakhl (pelit) lagi hirsh (tamak/ rakus). Sifat inilah yang sudah jadi tabiat manusia sebagaimana Allah berfirman,
وَأُحْضِرَتِ الأنْفُسُ الشُّحَّ
“Walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir.” (QS. An Nisa’: 128)
“الفلاح” artinya beruntung dan menggapai harapan. Yang dimaksudkan al falah (beruntung/menang) ada dua macam yaitu al falah di dunia dan di akhirat. Di dunia yaitu dengan memperoleh kebahagiaan dengan hidup yang menyenangkan. Sedangkan kebahagiaan di akhirat yang paling tinggi adalah mendapat surga Allah.
Kandungan Do’a
Do’a ini berisi hal meminta berlindung dari sifat-sifat jelek yang biasa menimpa manusia yaitu penyakit “syuh” yakni pelit dan tamak pada dunia. Orang yang memiliki sifat jelek ini akan terlalu bergantung pada harta sehingga enggan untuk berinfak atau mengeluarkan hartanya di jalan yang wajib atau pun di jalan yang disunnahkan. Bahkan sifat “syuh” ini dapat mengantarkan pada pertumpahan darah, menghalalkan yang haram, berbuat zholim, dan berbuat fujur (tindak maksiat). Sifat ini “syuh” ini benar-benar akan mengantarkan pada kejelekan, bahkan kehancuran di dunia dan akhirat. Oleh karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan adanya penyakit “syuh” ini dan beliau menjelaskan bahwa penyakit itulah sebab kehancuran. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
وَإِيَّاكُمْ
وَالشُّحَّ، فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ: أَمَرَهُمْ
بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا، وَأَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا،
وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا
“Waspadalah dengan sifat ‘syuh’ (tamak lagi pelit) karena sifat
‘syuh’ yang membinasakan orang-orang sebelum kalian. Sifat itu
memerintahkan mereka untuk bersifat bakhil (pelit), maka mereka pun
bersifat bakhil. Sifat itu memerintahkan mereka untuk memutuskan
hubungan kekerabatan, maka mereka pun memutuskan hubungan kekerabatan.
Dan Sifat itu memerintahkan mereka berbuat dosa, maka mereka pun berbuat
dosa” (HR. Ahmad 2/195. Dikatakan Shohih oleh Syaikh Al Arnauth)Sufyan Ats Tsauri pernah mengatakan, “Aku pernah melakukan thowaf mengelilingi Ka’bah. Kemudian aku melihat seseorang berdo’a ‘Allahumma qinii syuhha nafsii’, dia tidak menambah lebih dari itu. Kemudian aku katakan padanya, ‘Jika saja diriku terselamatkan dari sifat ‘syuh’, tentu aku tidak akan mencuri harta orang, aku tidak akan berzina dan aku tidak akan melakukan maksiat lainnya’. Laki-laki yang berdo’a tadi ternyata adalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf, seorang sahabat yang mulia. (Dibawakan oleh Ibnu Katsir pada tafsir Surat Al Hasyr ayat 10).
Lalu bagian do’a yang terakhir,
وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُفْلِحِينَ
“Waj’alnii minal muflihiin”
(Ya Allah, dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung). Maksud do’a ini adalahb jadikanlah orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Jika ia telah mendapakan hal ini, itu berarti ia telah mendapatkan seluruh permintaan dan selamat dari segala derita.
[Tulisan ini disarikan dari kitab “Syarh Ad Du’a minal Kitab was Sunnah lisy Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni” Pensyarh: Mahir bin ‘Abdul Humaid bin Muqoddam]